top of page

GEDUNG - J & K

Masa Sejarah Bali diawali dengan ditemukannya materai-materai tanah liat yang memuat mantra-mantra ajaran Budha (yete mantra) di sekitaran daerah Bedulu dan Pejeng, Kabupaten Gianyar.

 

Pada masa ini mulai adanya pemerintahan yang bersifat monarki, pemerintahan yang terpusat dan dipimpin oleh seorang penguasa seperti adanya kerajaan dan dipimpin oleh seorang raja. Indikasi terkait adanya kerajaan dan raja dapat diketahui dari sumber-sumber tertulis seperti prasasti yang berlangsung mulai abad ke-9 Masehi sampai abad ke-14 Masehi. Pada masa kerajaan ini, berkembang juga dua ajaran besar yakni Siwa dan Budha, terbukti dengan adanya hasil-hasil kebudayaan bercorak Siwa-Budha yang terkait dengan sosial-budaya masyarakat Bali pada masa lalu.

Beberapa koleksi yang berasal dari masa ini diantaranya seperti stupika (stupa mini yang merupakan tiruan dari stupa) dan materai dari tanah liat yang disebut yete mantra dan namah traya yang ditulis dengan menggunakan huruf pranagari.

 

Di dalam stupika terdapat juga materai yang melukiskan relief Dewa-dewa agama Budha. Selain itu, juga dipamerkan koleksi lain seperti prasasti-prasasti dalam keadaan yang tidak utuh yakni prasasti berbahan tembaga yang menggunakan aksara Bali Kuno dan prasasti batu yang menggunakan huruf kadiri kuadrat. Serta alat-alat upacara dari perunggu, arca perunggu (arca perwujudan dan arca Dhyani Budha), lampu perunggu, hiasan-hiasan perunggu, genta perunggu, tangkai dan dasar cermin, serta uang perunggu, uang kepeng yang pernah digunakan sebagai alat tukar.

The period of Bali's history began with the discovery of stoneware clays containing Buddhist spells (yete mantra) in 1920 in Pejeng Village, Gianyar Regency. The writing in those clay stamps is written with Pranagari letters and Sanskrit language. Based on paleography study on the type of letters written on the gate of Candi Kalansan, it was predicted the clay was made in 8 century. Moreover, it was also found fragment of tantric inscription with Sanskrit Language in Pejeng Village written “siwas(-)ddh(-)” probably means “siwa siddhanta”. According to data from some inscription, it can be found that there were 22 Raja (king) in Warmadewa Dynasty which ruled in ancient Bali period (9th to 14th Century). The last raja of Bali written on Langgahan inscription (1259 Saka) mentioned “Paduka Bhatara Sri Astasura Ratnabhumi Banten”. Goris proposed that the king was identical with Bedahulu's King named Maya Denawa. The Bedahulu kingdom was conquered by the Majapahit army under the leadership of Mahapatih Gajah Mada who was assisted by the Arya from Kediri in 1265 Saka (14th century).

bottom of page